Budaya lisan masih kental dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, tak terkecuali anak-anak. Pada usia sekolah dasar, dimana rasa keingintahuan sedang mengalami taraf perkembangan, dengan memberikan informasi yang tepat melalui buku bacaan yang bermutu akan memberikan dampak yang baik bagi perkembangan budi pekerti anak. Bermula dari ketertarikan akan sebuah buku, siswa akan terus mencari sumber informasi yang dibutuhkan dari buku lain, selanjutnya akan menceritakan apa yang dibacanya kepada teman atau siswa yang lain, sehingga nantinya juga akan merangsang teman tersebut untuk ikut serta membaca dan menceritakan kembali kepada teman atau siswa lainnya, demikian seterusnya.
Minggu, 17 Februari 2013
Pelangi
Pelangi.
Lukisan Tuhan yang tak pernah aku bosan dengannya
Biasan
titik air menembus sinar polikromatik
mengurai guratan warna beraneka
mengurai guratan warna beraneka
Merah,
jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu,
tampak menyesuaikan panjang
gelombangnya seusai turun berkah dari langit
Pelangi.
Meng-indahkan tiap mata memandang
Tak pernah jemu kau kusapa
Menyisir hati, sampaikan salam padanya, pelangi
Untuk yang kurindu
Sewon: 17022013
KELAS SANGGAR MENULIS CAHAYA 5, KEMBALI DIBUKA UNTUK ANAK-ANAK SEKOLAH DASAR DI KOTA YOGYAKARTA
Perkembangan zaman yang semakin canggih, membuat budaya literasi dalam masyarakat agak sedikit tersisihkan dengan berbagai macam tontonan televisi yang menghibur. Budaya literasi sudah seharusnya dikembangkan sejak dini, karena budaya literasi menjadi satu-satunya jalan untuk mampu menjelajahi ruang dan waktu semesta. Penumbuhan budaya literasi ini tak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, namun juga menjadi tanggung jawab bersama masyarakat. Melihat potensi anak-anak pada masa sekarang dari segala bidang, tidak heran jika pemupukan budaya literasi melalui sebuah kompetensi di bangun sejak masa-masa ini.
Suatu Penyesalan
Penyesalan memang selalu datang belakangan, karena biasanya ia muncul dari sesuatu hal yang disebut gagal. Tetapi sebuah penyesalan itu tergantung bagaimana sikap kita memaknainya. Apakah menyesal itu benar-benar membuat nelongso, atau justru dari penyesalan itulah kita akan menemukan secercah cahaya.
Seperti kata pepatah, nasi telah menjadi bubur. Yah, memang tidak bisa lagi bubur diubah menjadi nasi kembali. Bahasa saintisnya irreversibel gitu lah. Selanjutnya tinggal bagaimana memvariasikan bubur tersebut.
Seperti kata pepatah, nasi telah menjadi bubur. Yah, memang tidak bisa lagi bubur diubah menjadi nasi kembali. Bahasa saintisnya irreversibel gitu lah. Selanjutnya tinggal bagaimana memvariasikan bubur tersebut.
Langganan:
Postingan (Atom)