Minggu, 17 Februari 2013

Suatu Penyesalan

Penyesalan memang selalu datang belakangan, karena biasanya ia muncul dari sesuatu hal yang disebut gagal.   Tetapi sebuah penyesalan itu tergantung bagaimana sikap kita memaknainya. Apakah menyesal itu benar-benar membuat nelongso, atau justru dari penyesalan itulah kita akan menemukan secercah cahaya.
Seperti kata pepatah, nasi telah menjadi bubur. Yah, memang tidak bisa lagi bubur diubah menjadi nasi kembali. Bahasa saintisnya irreversibel gitu lah. Selanjutnya tinggal bagaimana memvariasikan bubur tersebut.
Mau ditambah kacang, irisan ayam, sedikit sambal, lalu kerupuk, jadilah bubur yang lezat. Horee!!

Begitupula tentang hidup, jika kegagalan sedang menghampiri, menyesal pasti ikut membersamai. Menyesal boleh, tapi jangan berlarut-larut.

Seperti aku, aku menyesal dengan masa kecilku yang kuanggap biasa-biasa saja. Nothing special. Menyesal karena aku tak memanfaatkan usia emasku untuk mencoba menggali semua potensi. Apapun itu. Menyesal kenapa dulu orangtuaku tidak mengikutkanku dalam berbagai event. Baru di usia yang kesekian aku akhirnya paham, bahwa potensi itu sebaiknya diasah sejak kecil. Contoh lagi, seperti event lomba KTI. Kenapa dulu aku tak giat mengikutinya. Ah, kalau dipikir-pikir pada akhirnya pertanyaannya adalah : Kenapa tidak, kenapa tidak, dan kenapa tidak. Itu semua tak akan berubah, jika kita tidak mengubahnya mulai dari sekarang.

Jangan sampai penyesalan yang berlarut-larut itu juga terjadi pada bekal akherat nanti. Jangan sampai ketika kita mengetahui amalan yang dibawa di akherat kelak, kita mengatakan,"Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini (QS. Al-Fajr : 24) ".

Nah, untuk itu aku tak akan mengulangi kesalahanku lagi. Setidaknya semua untuk pembelajaran.


penyesalan itu bisa jadi pembelajaran.
menyesal berarti proses belajar agar kita melakukan perbaikan ke arah yang lebih baik :)

sumber gambar : http://just-another-story-to-tell.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar