Hmm, bingung. Akan kumulai dari mana cerita ini, banyak yg ingin
dibagi dan diceritakan. Perjalanan kami berlima dg tema Pengamatan
Burung Paska Erupsi Merapi. Kebetulan kami mendapat daerah Tlogo
Putri-Plawangan.
Begini saja, semua akan kutulis, meski loncat
loncat ceritanya dan nggak nggenah dlm struktur serta gaya bahasanya,
"pokoke!!" nulis. Hehehe.
Note :
* teruntuk yg namanya ada dlm tulisan ini,saya tidak akan membayar royalti =))
* saya orangnya nggumunan, jd harap maklum..
:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
" woey,
udah dtunggu.. d parkir mipa -pengirim Pbio Shoim 06:50-," tertulis sms
dari layar hp. waduh, itu tandanya harus bersegera menuju tkp. Okelah
kalo begitu. Mengawali hari dg mBantul yg dingin akibat guyuran hujan
semalaman, agak "memeng" juga sebenarnya, tapi semua terpatahkan oleh
:"Apa sih yg nggak buat Bionic??" (nggombal sithik).
Capcuss,
go to campus!! Kondisi jalan yg sepi memungkinkan untuk ngebut
sepanjang jalan itu. Lalu ke kos Sih, nitip motor selanjutnya menuju
parkiran mipa yang ternyata sudah ditunggu beberapa teman. Tak perlu
menunggu lama-lama, akhirnya beberapa rombongan menuju tkp yang
dimaksud. (Tlogo Putri-Plawangan : Shoim, dkk; Turgo : Mas Helmi, Arif,
dkk; Goa Jepang : Mas Ipin, dkk).
Aku ikut rombongan Tlogo
Putri-Plawangan, ternyata hanya 4 orang -shoim, jarot '10, sih, aku- + 1
nyusul -zul diki-. Sampai d Tlogo Putri sekitar jam 8.00, ternyata
masih menunggu salah satu rekan. So, akhirnya kami duduk duduk d salah
satu warung untuk menikmati jadah tempe khas Kaliurang sambil
mendengarkan guyonan santai para Chinese yang sesekali memberi pesan
untuk berhati hati dalam pengamatan dan "sesuatu" (hahaha) . Saat itu
pula dijumpai beberapa kacamata bisaa sedang bertengger.
Yupz, jam
8.45 ternyata yang ditunggu tidak kunjung datang, lalu diputuskan untuk
naik saja. Akhirnya, kita menuju pintu masuk Plawangan. Taraaaa!!! Di
pintu masuk, Shaim sempat berbincang dengan penjaga mengenai perjalanan
yang akan dilakukan. Dan, kami pun diperbolehkan menuju daerah Plawangan
yang diisolir dari pengunjung pada umumnya.
Naik naik ke hutan,
“Heh!!,” Shaim yg ada di paling depan rombongan berteriak. Ternyata eh
ternyata, ada Macaca yang guedeee berjalan dengan santainya melalui
kami, disangkanya jalan itu catwalk mungkin.
Selanjutnya,
kami berhenti di sebuah Gazebo yang tak berbentuk lagi, kali ini
dimulailah pengamatan yang “serius” ( emangnya dari tadi nggak serius??
=) ). Aihh,, ada srigunting hitam!! Ooo itu to?? Manggut manggut,
walopun paling bontot ngliat si doi tersebut (gakpapa lah, namanya juga
belajar –menghibur diri sendiri-). Tak hanya burung yang bersliweran di
sana, bahkan nyemot alias monyet juga mendekati kami, seolah-olah
mengucapkan selamat datang untuk kami ( Hahaha,, GR!!). Ada monyet yg
nggendong anaknya, bapak monyet, dan anak monyet yang “sepertinya”
mbarep ( Sok tau sekali saya, =)) ).
Next, nongkrong di
bukit dengan pemandangan lepas dan tiba-tiba Srindit Jawa ada tepat d
Pinus merkusii kira-kira 5 sampai 6 meter depan kami. Wow, indah!!
Walopun lagi-lagi paling akhir bisa mendapatnya. CkCkCk.. Di tempat itu
pula, kami mendapat Gelatik Batu Kelabu.
Selama perjalanan ada
pula ditemukan Cabai Jawa, Cucak Gunung, Elang Hitam, Elang Ular Bido,
Empuloh janggut, Srigunting Kelabu, wergan Jawa, walik Kepala Ungu,
Munguk Bledu, dan Jinjing Batu.
Paling lama, saat mengamati betet
Bisaa dan walik Kepala Ungu, keduanya diambil gambar memakai kamera
digital. Sadar si doi difoto, sepertinya mereka sengaja untuk bertengger
lama. Ah elok nian.
Selain kesemuanya, jalan yang mendaki
dan menurun menjadikan perjalanan ini semakin menantang. Apalagi daerah
yang kami sambangi terisolir paska erupsi, dan tidak sembarang orang
bisa melewatinya. Maklum, jalannya tertutup pohon tumbang, dan beberapa
bekas abu masih nampak. Hmm, berjalan merunduk, menggenggam erat dahan
yang lapuk lalu jatuh, memegang duri untuk pegangan, terantuk batu, dan
semuanya justru menjadikan perjalanan kami menjadi penuh warna (lebay
ah). Kabut tebal dan hujan sesekali juga mengikuti gerak langkah lima
petualang.
Perjalanan terakhir yang terekam mungkin saat pencarian
jalan pulang, haduhh.. turun ke aliran sungai berbatu, untung saja tak
ada air di sana, dan naik melewati tempat pembuangan sampah. Aihh…
::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
Cerita yang loncat-loncat menurutku, ah entahlah. Yang penting tugas menulisku usai, hehe ^^V. Besok diajak lagi yaa
Salam Lestari Salam Konservasi ^__^
Burung itu terbang. Melampau luasnya langit. Untaikan asa.
Maha Suci Engkau yang tak pernah mencipta dg sia-sia, pun waktu begitupula kesempatan yang Ia beri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar