Penobatan Phalaenopsis amabilis sebagai “puspa pesona” tidaklah berlebihan, karena tampilan bunganya memang cantik dan anggun. Bentuk bunga Phalaenopsis sangat khas, menyerupai kupu-kupu. Oleh sebab itu, anggrek ini diberi nama Phalaenopsis (Phalaina berarti lebah atau kupu-kupu, sedangkan opsis artinya penampakan) dan amabilis (cantik
atau indah). Untaian bunganya yang memanjang dan menjuntai kedepan
menambah daya tarik pesonanya. Warnanya putih bersih dan susunan
perhiasan bunganya membulat seperti bulan. Sifat bunganya yang mekar
serempak merupakan kriteria unggulan yang diinginkan para pemulia
tanaman hias. Di Indonesia, anggrek ini biasanya dikenal dengan nama
anggrek bulan (Moon Orchid), tetapi masyarakat dunia lebih suka
menyebutnya sebagai anggrek lebah (Moth Orchid).
Sejarah Penamaan
Jenis Phalaenopsis yang pertama kali ditemukan adalah Phalaenopsis amabilis (L.)
Bl. di Ambon (Maluku) pada tahun 1750. Dalam buku Herbarium Amboinense
6:99, Rumphius memberi nama jenis anggrek ini sebagai Angraecum album-majus.
Di waktu yang bersamaan, pada tahun 1752, Peter Osbeck membawa
spesimen jenis yang sama dari Jawa Barat dan diidentifikasi oleh
Linnaeus sebagai Epidendrum amabile, seperti diterbitkan dalam
Species Plantarum (1753), tanpa mengetahui publikasi yang terdahulu
dari Rumphius. Pada tahun 1814, Roxburg juga mengidentifikasi jenis ini
sebagai Cymbidium amabile. Namun pada tahun 1825 Blume memasukkan tumbuhan ini ke dalam marga Phalaenopsis dan diberi nama Phalaenopsis amabilis,
seperti dipublikasikan dalam “Bijdragen (p.294)”. Nama tersebut
disepakati oleh para ahli taksonomi sebagai nama yang valid dan dipakai
hingga sekarang.
Karakteristik Morfologi
Anggrek
bulan termasuk anggrek epifit monopodial yang tumbuh menjuntai.
Batangnya sangat pendek dan terbungkus oleh seludang daun. Daunnya
berjumlah kurang dari 5 helai, berwarna hijau, tebal, berdaging,
berbentuk lonjong bulat telur sungsang atau jorong, melebar di bagian
ujungnya, berujung tumpul, atau sedikit meruncing, dengan panjang 20-30
cm dan lebar 5-8 cm. Akar-akarnya berbentuk bulat memanjang serta
berdaging, bercabang, berwarna putih dan hijau di bagian ujungnya.
Bunga tersusun dalam tandan dan kadang-kadang bercabang dengan panjang
karangan bunga mencapai 50 cm yang tumbuh menjuntai. Setiap tangkai
mendukung 10-12 kuntum bunga dengan daun penumpu 5 mm berbentuk
segitiga. Bunganya cukup harum dan waktu mekarnya lama. Perhiasan bunga
tersusun membulat, dengan diameter 6-10 cm atau lebih, dan mahkotanya
bertumpang tindih dengan kelopak tersusun membundar. Warna bunga putih
bersih dengan sedikit variasi kuning dan bintik kemerahan di bibir
bunga. Bibir kedua cuping sampingnya tegak melebar dan bagian tepi
depannya berwarna kuning dengan garis kemerahan. Buah berbentuk bulat
lonjong, berukuran 7,5 x 1,3 cm.
Habitat dan Persebaran
Anggrek
ini dapat tumbuh di dataran rendah hingga pegunungan dan umumnya hidup
pada ketinggian 50-600 m dpl, namun kadang kala dapat berkembang
dengan baik pada ketinggian 700-1.100 m dpl. Tanaman ini tumbuh epifit
atau menempel di pohon-pohon yang cukup rindang dan menyukai
tempat-tempat yang teduh serta lembap, terutama di hutan basah dengan
curah hujan 1.500-2.000 mm/tahun. Walau tumbuh di daerah tropis, tetapi
anggrek ini membutuhkan sedikit cahaya matahari (12.000-20.000 lux)
sebagai penunjang hidupnya, karena tidak tahan terhadap sengatan
matahari langsung. Kelembapan udara yang diperlukan ratarata 70-80%
dengan suhu udara hangat di bawah 290C. Anggrek ini tersebar luas di
Asia Tenggara, termasuk Malaysia, Indonesia, Filipina, hingga Papua
Nugini dan Australia.
Budidaya
Phalaenopsis bisa
ditanam dalam pot atau ditempelkan pada batang pohon, lempengan pakis,
maupun kepingan kayu. Pot yang digunakan bisa berupa pot tanah liat
atau pot plastik dengan memodifikasi media tumbuhnya. Pada prinsipnya,
anggrek memerlukan kelembapan tinggi, namun tidak menyukai kadar air
yang berlebihan. Sirkulasi udara juga harus lancar agar tidak timbul
penyakit. Pot harus diberi lubang pada bagian bawah dan samping agar
tidak ada air yang tersimpan. Media yang digunakan dapat berupa pecahan
genting, arang, dan cacahan pakis. Media tersebut hanya digunakan untuk
tempat menempel dan membantu berdirinya tanaman, sedangkan nutrisi
diperoleh dari pemupukan yang dilakukan dengan cara penyemprotan. Teknik
pemberian pupuk cair yang dialirkan dalam talang ke pot-pot berisi Phalaenopsis seperti sistem hidroponik, cukup baik hasilnya.
Anggrek ini memiliki karakter tumbuh monopodial, sehingga tidak menghasilkan anakan ke samping. Dalam hal ini, perbanyakan Phalaenopsis akan
lebih efektif jika dilakukan secara generatif daripada vegetatif.
Proses perkecambahan biji dilakukan di laboratorium, yaitu dalam media
agar-agar buatan yang dilakukan secara steril. Biji anggrek kecil berupa
serbuk tidak memiliki cadangan makanan (endosperm), sehingga
perlu
dibantu dengan penambahan unsur hara makro, mikro, vitamin, dan gula
yang diperlukan untuk perkecambahan. Unsur hara paling sederhana yang
dapat digunakan untuk mengecambahkan biji anggrek adalah pupuk daun
Hyponex, namun secara umum media anggrek standar yang banyak digunakan
adalah Vacin & Went dan Knudson C. Media tersebut dapat
dimodifikasi dengan penambahan bahan organik seperti air kelapa, tomat,
tauge, kentang, atau ubi.
Hibrida Anggrek Bulan
Hibrida Phalaenopsis, pemanfaatannya lebih banyak untuk tanaman pot (pot plant)
yang diciptakan sesuai dengan selera konsumen, baik dari segi warna,
ukuran, maupun bentuk bunganya. Sampai saat ini, sudah banyak hibrida Phalaenopsis yang dihasilkan baik melalui persilangan antar spesies (interspecific hybrid) maupun antar genera (intergeneric hybrid). Berikut ini beberapa nama silangan Phalaenopsis yang pernah dilakukan baik sebagai interspecific hybrid maupun intergeneric hybrid.
Sumber : http://pai.or.id/artikel/6-spesies/6-phalaenopsis-amabilis-bunga-nasional-indonesia.html
Senin, 28 Juni 2010 12:12 | Oleh: Ir. Dwi Murti Puspitaningtyas, M.Sc.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar